Kategori
Web Accessibility

Alasan Desain Web untuk Minoritas

Diperbarui 30 Agustus 2010 oleh Dani Iswara

Untuk apa repot memenuhi kebutuhan desain Web bagi para penyandang disabilitas yang minoritas? Alasan paling mendasarnya tentu saja hak asasi mengakses informasi di ruang publik Internet.

Desain Web untuk populasi minoritas ini bisa diartikan desain yang mengacu ke konsep aksesibilitas. Kata-kata mimpinya adalah kemudahan akses bagi semua. Meminimalisir penghalang sebanyak mungkin. Memenuhi kenyamanan mata, telinga, hati, otot, dan otak.

Alasan teknis desain yang aksesibel, menurut saya:

  • Bermakna universal.
  • Belajar best practice.

Bermakna universal

Walau tidak mungkin memenuhi semua kebutuhan orang lain, tapi berpeluang dinikmati oleh pengguna seluas-luasnya. Karakter pengguna bisa bermacam-macam. Dari perkakas yang dipakai mengakses Internet, koneksi Internet, hingga kesukaan pilihan pengguna itu sendiri.

Apakah pengunjung situs Web/blog memang lebih menyukai hal-hal yang berlawanan dengan konsep keterbacaan berdasarkan WCAG 2.0? Tidak banyak yang berubah. Kebutuhan pengguna minoritas relatif lebih ajeg (Dani Iswara .com). Prinsip desain Web untuk penyandang disabilitas bukan hanya menguntungkan populasi minoritas. Tapi juga dirasakan manfaatnya oleh kaum senior atau lanjut usia/lansia. Penyandang disabilitas bisa mengalami keterbatasan fisik & mental sejak dalam kandungan. Para lansia umumnya mengalami pelbagai keterbatasan karena penurunan fungsi tubuh alami sesuai usia.

Kedua kelompok akan sama-sama memperoleh manfaat dengan ukuran teks konten Web yang mudah diperbesar. Apalagi jika set hurufnya berukuran relatif seperti persen. Struktur yang semantik, bukan hanya disukai pembaca layar komputer. Tapi juga oleh algoritma mesin pencari.

Belajar best practice

Desain untuk penyandang disabilitas punya rekomendasi khusus. Tapi bukan berarti butuh diperlakukan khusus. Karena rekomendasi itu bukan eksklusif untuk satu kelompok saja. Semua pengguna bisa juga merasakan manfaatnya.

Dengan mengacu ke best practice, proses pengembangan akan jadi lebih mudah. Pengalaman praktik terbaik berbasis aksesibilitas & standar Web (Dani Iswara .com) tetap tidak bisa berdiri sendiri tanpa uji coba pengguna/user testing sesungguhnya. Setidaknya dengan mengikuti standardisasi & rekomendasi yang valid akan meminimalisir kerepotan pengelolaan situs Web di kemudian hari. Pemelajaran pun lebih terarah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.