Diperbarui 23 Juni 2010 oleh Dani Iswara
Walau dibangun dengan standar Web, valid dengan validator Validome dan validator W3C (Dani Iswara .com), valid CSS, belum tentu menjadikan suatu situs Web aksesibel. Belum tentu juga memenuhi unsur semantik (X)HTML. Walaupun 'usable', belum tentu aksesibel. Mungkin pula sebaliknya. Kebingungan ini sering juga terjadi saat pemilihan tema/'theme' blog.
Menyamakan persepsi
Aksesibel di sini sudah termasuk pengoptimalan 'on-page' mesin pencari/telusur Internet (SEO). Sedangkan 'usable' atau kebergunaan, sudah termasuk unsur tipografi dan keterbacaan di dalamnya. Baca juga Beda 'Web Usability' dan Aksesibilitas Web (Dani Iswara .com). Menurut saya, kompatibilitas antar peramban Web lebih logis diperjuangkan jika mengacu pada standar Web yang ada. Kadang karena alasan tertentu, dianggap wajar jika (terpaksa) berusaha memenuhi kebutuhan peramban Web lawas di luar standar Web yang ada. Seharusnya, di masa depan, tidak perlu lagi ada perlakuan spesial hanya bagi peramban Web 'desktop', peramban Web 'mobile', atau alat bantu teknologi tertentu.
Kembali ke dasar
Jika desain Web universal dianggap terlalu mengada-ada, fondasi mana yang sebaiknya dipakai? Standar Web, aksesibilitas, kebergunaan, semantik (X)HTML? Atau cukup dengan SEO, tipografi, dan desain grafis yang indah? Tentu saja sesuaikan dengan kebutuhan. Bukan, ini bukan tentang konten versus desain.
Konten (X)HTML
Saat konsep Page Speed dan YSlow makin mengemuka, teorinya, pemakai doctype strict
lebih diuntungkan. Itupun jika kaidah standar Web bertipe 'strict' benar-benar diterapkan. Penulisan markah (X)HTML yang benar, ringkas, dan efisien dalam ukuran berkas akan memudahkan pemeliharaan serta pengoptimalan situs di kemudian hari.
Unsur semantik (X)HTML
Tipografi baik, desain grafis menarik, tapi susunan struktur subjudul (h1-h6) tidak logis. Di sini bukan alasan SEO yang saya pakai. Untuk pengoptimalan mesin pencari/telusur Internet, kembalikan saja ke teknik asalnya, 'backlink'. Kemudahan pakai mesin pembaca layar komputer semacam 'screen reader' dan 'voice browser' yang jadi pertimbangan. Penyandang disabilitas boleh membaca tutorial Web tentang desain grafis, kan? Mereka juga punya hak asasi untuk mengakses konten yang penuh nuansa grafis. Lebih mudah memahami isi konten jika struktur h1-h6 terdengar (oleh telinga) dalam susunan yang logis tanpa ada yang terlompati urutannya.
Bukankah itu sama saja dengan perlakuan khusus bagi alat bantu teknologi? Tidak. Bukan hanya penyandang disabilitas yang terbantu. Struktur konten (X)HTML yang memenuhi konsep semantik juga akan memudahkan pemeliharaan desain dan konten oleh pengelola, pengisi konten, desainer, dan pengembang Web itu sendiri.
Aksesibilitas dan kebergunaan Web
Mungkinkah menerapkan aksesibilitas Web tanpa mengacu pada standar Web? Bagaimana tiap peramban Web dan alat bantu teknologi menginterpretasikan penulisan markah (X)HTML, CSS, dan 'javascript' jika tidak mengacu ke standardisasi tertentu? Pemakaian fitur spesial (percobaan) di tiap peramban Web dengan penanda -webkit
, -moz
, -opera
, dan -khtml
pun cukup merepotkan dan tidak efisien dalam ukuran berkas CSS.
Saat berusaha memenuhi tiap unsur aksesibilitas Web, bukan hanya penyandang disabilitas yang mendapat kemudahan. Tapi juga pengguna nondisabilitas, orang lanjut usia, pengguna dengan koneksi Internet lambat, dan pengguna pelbagai alat bantu teknologi lain. Kaum senior atau lanjut usia ternyata mengalami disabilitas alami karena penurunan fungsi tubuh. Otomatis, konten Web yang aksesibel akan menunjang kebergunaannya bagi lebih banyak lagi pengguna, dalam arti universal. Aksesibilitas berusaha mengurangi hambatan akses yang ada.
Ringkasan
Menurut hemat saya, daripada bingung berganti-ganti tema/'theme', lebih enak menentukan konsep dasar dan tujuan blog dulu. Saya bukan desainer atau pengembang Web. Kalau boleh menyarankan, kembalikan saja ke standar Web, aksesibilitas, dan semantik (X)HTML. Setelah itu, relatif lebih mudah diolah ke tujuan dan konsep yang lain. Lebih jelasnya, konsultasikan dengan desainer dan pengembang Web anda. :)
3 tanggapan untuk “Berbasis Aksesibilitas dan Standar Web”
Saya suka yang menyamakan persepsi itu, aksesibilitas/keteraksesan dan kebergunaan/ketergunaan sering tumpang tindih dalam persepsi saya. Tetapi saya punya keyakinan, suatu saat pasti menemukan letaknya, bahwa salah satu adalah himpunan bagian yang lainnya. :)
Proprietary yang
mso
tidak lagi (ikut) disebut ? sudah bener-bener mati rasa Rayimas ? padahal usaha menghilangkan prefix 'dash' itu sudah kemajuan lho :PPakde Harry,
karena saya tidak memakai produk Microsoft lagi, ya lupakan saja. Kompatibilitas '(X)HTML authoring tools' juga jadi masalah tersendiri. Sehingga konversi otomatis (X)HTML dari editor seperti OpenOffice Web, Microsoft apa itu namanya, akan menghasilkan penulisan markah yang kurang sesuai standar Web.
[…] prinsip desain yang baik dan kebergunaan Web akan membantu pengguna. Saya membahasakannya dengan berbasis aksesibilitas dan standar Web (Dani Iswara […]