Diperbarui 16 Juni 2010 oleh Dani Iswara
Tentu saja maksudnya tanpa harus was-was melihat 'status bar' di peramban Web, ke mana gerangan URL menuju. Tidak perlu paranoid lagi. Tidak lagi repot mengecek tiap teks 'anchor' dan URL-nya. Ya, ini tulisan dejavu. Sempat terlontar pula di beberapa kolom komentar rekan-rekan narablog. Sudah pula tertulis di catatan lama blog tidak penting ini. Teks 'anchor' menuju URL mana?
Cukup dengan teks 'anchor' yang deskriptif, jujur, dan sehat. Jelas ke mana akan berlabuh. Mudah dikenali dari penampakan bergaris bawahnya. Tanpa maksud tersamar yang berpeluang mengecoh pengguna. Sengaja atau tidak disengaja. Jelas dibedakan mana pranala yang internal, mana yang eksternal–ke situs luar. Tanpa mengaktifkan tampilan gambar sekalipun. Bahkan tanpa perlu repot memakai atribut title
yang kurang aksesibel. Atau malah ribet dengan hiasan 'bubble' CSS dan fitur pratilik/pratayang itu. Sederhana dan tidak muluk-muluk, kan?
Langsung ke tujuan. Bukan mampir ke halaman arsip per tag, kategori, atau malah hanya fitur penelusuran otomatis yang berpeluang menjebak pengguna. Kecuali memang dideskripsikan demikian. Bahwa semua pranala akan menuju ke arsip tag dan kategori blognya sendiri. Misalnya teks 'anchor' 'internet sehat' di suatu konteks kalimat. Saya duga akan menuju ke situs resmi gerakan Internet Sehat itu. Hanya contoh, saya dan blog ini tidak terlibat dengan situs tersebut! Bila ternyata bukan, mungkin pengharapan saya sebagai pengguna terlalu besar untuk hal itu saat ini. Harus menurunkan standar harapan?
Dengan logika yang sangat sederhana. Pranala dibuat untuk diklik! Kecuali memang ada yang berniat menyembunyikannya dengan alasan tertentu! Jika pranala dibuat dengan sejelas-jelasnya, rasa aman dan percaya untuk menelusurinya akan lebih terjamin. Dan kita tidak membutuhkan 'status bar' lagi!
Ah mungkin itu semua hanya mimpi. Siapa yang mau mengalah untuk aksesibilitas Web yang lebih sehat dan jujur? :)
12 tanggapan untuk “Menikmati Pranala Konten Web tanpa Status Bar”
Saya kadang bingung kalau mendengar istilah seperti “status bar”, padahal cukup sering didengar, tapi kembali lagi kadang bertanya-tanya, yang mana ya namanya status bar…, ha ha…
Kan ada pemanjang URL Bli kalau terlalu pendek :)
Cahya,
intinya kan deskriptif. Walau memakai pemendek URL, kan tetap bisa dibuat deskriptif/naratif oleh teks di sekitarnya. Kecuali URL itu memang harus dibuat misterius.
saya masih perlu status bar, karena banyak dari narablog masih menulis kata-kata disana dan disini, memang sebaiknya teks “achor” ditulis secara jelas sehingga kita tidak perlu meraba-raba dengan status bar….
saya memutuskan untuk memisahkan semua tautan referensi. Saya merasa membaca sebuah paragraf yang dipenuhi tautan juga terasa tidak nyaman, apalagi saya menggunakan garis bawah. Mungkin bisa dikatakan mencontoh wikipedia ya :)
Meskipun saya mempunyai koneksi Internet yang lumayan, fitur pratilik/pratayang memang cukup mengganggu bagi saya :( dan lebih suka melirik ke status bar, jadi masih butuh status bar. Tag dan kategori saya masih berantakan, yang penting tidak bermaksud mengecoh pengguna :p
[OOT] status bar buat *draftman* sangat dibutuhkan, karena disitu ditunjukkan langkah-langkah apa saja yang harus/akan kita lakukan saat kursor sedang menyoroti sebuah objects
Rudy Azhar,
ah ya, semacam klik di sana dan klik di sini itu juga bisa jadi kurang aksesibel. Walau maksudnya mungkin saja 'actionable'.
Ardianzzz,
yang itu pernah saya tulis di dot net, judulnya Di mana sebaiknya pranala disisipkan? :)
Aduh, saya tidak pernah membaca yang dot.net hehe…
Mungkin untuk mengatasi aksesibilitasnya, tetap mencontoh wikipedia yaitu menggunakan tautan internal menuju footnote.. Sepertinya mendapat ide baru lagi nih :)
Mungkin itu yang masih belum terlalu saya kuasai caranya bli. Apakah dengan cara mendeskripsikan lewat kalimat di sekitar teks-anchor? Ataukah dengan menambahkan keterangan di dalam tanda kurung? (bahwa pranala tersebut akan menuju situs anu misalnya).
iskandaria,
menurut hemat saya, untuk pranala eksternal/internal, cukup dideskripsikan di sekitar teks 'anchor' sesuai konteks. Jika kondisi tidak memungkinkan (sedang malas mengubah susunan katanya), terpaksa saya pakai tanda kurung itu. :)
Bli Dani,
OOT, udah sehat nih ? maklum beberapa waktu masuk hutan jadi tidak mengikuti perkembangan.
Intinya internal atau external link sepanjang dideskripsikan dengan jelas, rasanya sudah lebih dari cukup.
Untuk alasan keteraksesan,…
'Bubble' CSS itu yang seperti apa ya ? Jika saya persepsikan seperti 'iconize' yang mengikuti sebuah pranala, bukankah hal tersebut masih bisa di tolerir ? Untuk pengelola sendiri, mungkin justru akan membantu dalam konteks pengelola lupa menuliskan diskripsi atau definisi yang jujur disekitar pranala tersebut.
Untuk alasan kebergunaan,…
Jika 'iconize' tersebut kemudian hanya terkesan 'dekoratif' dan dihubungkan dengan pengguna 'limited bandwidth', Ya,… saya mengalah :P
Tetapi Rayimas,… mudah-mudahan saja, ukuran tinggi batang status itu tidak akan ditambahin lagi oleh pengembang-pengembang peramban web ? Lagipula, yang paranoid dengan batang status khan sesama pengelola blog. Apakah pernah ada pengelola yang mendapat komplain dari pengunjung/pengguna umum dari antah-berantah tentang hal ini ? fmwiw :D :D
Pak Aldy,
sehat menurut definisi saya, mungkin sudah. Tapi sehat holistik menurut WHO, mungkin tidak.
Pakde Harry,
'Bubble' CSS yang saya maksud itu model atribut
title
atau 'tooltip' dengan bantuan CSS. Kembali ke ketergantungan tetikus.Tentang protes status pranala, untuk pastinya, mungkin perlu disurvei. Pengunjung merasa terkecoh atau tidak jika klik pranala tanpa melihat 'status bar'. :)
Atau buat gerakan serupa Senin tanpa Tetikus (side22.com), jadi Selasa tanpa 'status bar'. :D