Kategori
Void Linux

Kembali ke Void Linux

Diperbarui 2 Maret 2021 oleh Dani Iswara

Linux untuk laptop lawas 32bit (ix86), bukan systemd, gegas, dan rolling release? Tiga posisi teratas hasil penelusuran di Distrowatch.com adalah antiX, Void Linux, dan Gentoo Linux. Hanya antiX yang belum pernah saya coba. Gentoo Linux kelamaan compile-nya. :) Dari ulasan di kolom komentar Distrowatch, saya balik ke Void Linux. OpenSUSE Tumbleweed + Xfce sejauh ini tidak ada masalah. Mungkin hanya terasa kurang gegas saja. Karena masih memakai systemd seperti Linux kebanyakan? Dengan systemd (para developer) mulai terasa kurang bebas? Saya hanya pemakai kasual… :)

Instalasi openSUSE saya hapus. Ganti dengan Void Linux live image i686 – Xfce versi 2019 akhir yang sekaligus sebagai installer. Pilihan desktop KDE dan GNOME tidak ada di paket installer bawaan walau bisa diinstal belakangan. Mungkin karena ukuran berkasnya? Kurang pas dengan rolling release karena lebih berpeluang muncul galat setelah diperbarui?

Saya mengikuti panduan dokumentasi resmi Void Linux. Partisi pakai yang sudah ada sebelumnya. Setelan keyboard, bahasa, zona waktu, dan lain-lain aman. WiFi terkoneksi. Instalasi standar via flashdisk tidak ada masalah. Sama lancar dengan instal Linux Void (Dani Iswara .com) sebelumnya. Kurang lebih 5 menit sejak tombol Install diklik, sistem Void dinyatakan sudah terinstal. Lanjut reboot. Cabut flashdisk. Desktop Xfce + Linux Void berhasil terinstal dual boot dengan Windows.

Paket yang terpasang dari installer sifatnya lokal versi akhir 2019. Lanjut perbarui sistem ala rolling release. Lakukan perintah upgrade/update ini beberapa kali hingga tidak ada pemutakhiran yang diperlukan lagi:

sudo xbps-install -Su

Saya tambahkan editor teks nano:

sudo xbps-install -S nano

Karena dual boot dengan Windows, pengaturan tanggal dan jam saya sesuaikan mengikuti panduan dengan mengubah berkas /etc/rc.conf via nano:

sudo nano /etc/rc.conf
HARDWARECLOCK="localtime"

Untuk mesin 32bit, selain repositori utama yang langsung aktif saat instalasi, hanya perlu menambah repo untuk paket proprietari:

sudo xbps-install -S void-repo-nonfree

Hapus Firefox ESR (Extended Support Release):

sudo xbps-remove firefox-esr

Pasang paket dan aplikasi lainnya:

sudo xbps-install -S ntp firefox chromium libreoffice openjdk8-jre google-fonts-ttf gimp inkscape openshot shotcut vlc shotwell ntfs-3g redshift-gtk ssr xreader qalculate-gtk xarchiver zip unzip unrar alsa-utils pulesaudio bluez bluez-alsa flatpak

Untuk printer Epson L310, saya instal:

sudo xbps-install -S cups cups-filters cups-pdf cups-pk-helper epson-inkjet-printer-escpr gutenprint system-config-printer system-config-printer-udev

Untuk Xfce saya lengkapi:

sudo xbps-install -S xfce4-plugins 

Bisa juga secara manual pilih plugin yang benar-benar akan sering dipakai, cek di laman resmi Xfce tentang panel plugin. Mau ngulik lebih lanjut silakan baca juga FAQ Xfce.

Beberapa aplikasi di atas tentu saja perlu pengaturan manual lebih lanjut. Aplikasi lainnya seperti Zotero dan Zoom juga saya instal manual. Aktifkan juga fitur compositor via Window Manager Tweaks dan webgl di sisi peramban untuk kemudahan share screen di Zoom.

Kernel sekarang:

$ uname -a
Linux voidlinux 5.10.12_1 #1 SMP 1612016472 i686 GNU/Linux

6 tanggapan untuk “Kembali ke Void Linux”

Dari dulu kok ndak bosan pakai nano? Saat semuanya sudah GUI. Saya pakai openSUSE Xfce Tumbleweed, sudah enak-enak saja. zypper dup sebulan atau dua bulan sekali, kalau ndak gangguan.

@Cahya,
Void belum sematang OpenSUSE sayangnya… :D dan non-GUI tetap relatif lebih gegas di beberapa sisi, apalagi kalo pas di mesin lawas..ah pak dokter ngapain masih pake linux..windows kan udah cukup

saya masih cari2 refensi distro yang nyaman dari yang katanya stabil dan cepat beberapa sudah saya coba instal. Dari pengalaman mas dani keuntungan yang di dapat dari penggunaan sehari-hari apa ya??

@Yudi Wahyu,
menurut saya, sebatas penggunaan desktop kasual harian (office, web, edit foto, edit video), rolling release di voidlinux nyaris tanpa keluhan. Senada dengan rilis bergulir semacam openSUSE Tumbleweed, hanya beda pendekatan di voidlinux masih non-GUI. Tidak se-bleeding edge Fedora Rawhide, ArchLinux, dan tidak se-nonstabil Debian Unstable. Poinnya di rolling release yang masih bisa dipakai harian lah.

Beda runit vs non-runit di sisi end user sepertinya tidak terlalu terasa. Entah di sisi pemeliharaan baris kodenya.

saya lagi nyoba void juga nih gan, tapi turunannya bukan voidnya langsung yaitu langitketujuh os, masih membiasakan diri sama sistem void karena masih terbiasa pake turunan ubuntu

wahh sama gan, ane jga pake void linux, tpi turunannya, yaitu langitketujuh OS, emng blm se powerfull ubuntu, tpi overall udh bagus dan kerennya itu bikinan org indonesia terutama islam, behh dijamin keren abiz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.