Diperbarui 22 Februari 2020 oleh Dani Iswara
Sistem operasi (SO) Microsoft Windows (MS Windows) sudah standar (bawaannya) terinstal di laptop. “Kenapa dipasangin Linux juga?” Kedua anak saya bertanya.
Di ‘notebook’-nya saya instal ‘dual boot’ Windows dan Linux Ubuntu. Aplikasi-aplikasi yang terpasang di kedua SO (OS) itu kebanyakan berlisensi gratis dan ‘open source’ seperti Mozilla Firefox, Google Chrome (Chromium), LibreOffice, Inkscape, GIMP, Shotcut, dan XnView. Opsi ‘booting’ standar Windows di pilihan pertama. Ubuntu di pilihan kedua.
Untuk saat ini mereka akan berbagi pemakaian laptop. Tugas-tugas sekolahnya (SMP dan SD) mungkin baru sebatas menggunakan ‘web browser’ untuk Internet, pengetikan sederhana dengan MS Office, dan sedikit penyuntingan video. Lebih dari cukup dengan 1 SO saja.
Kenapa pakai Linux?
Mengapa tidak?
Kita paparkan sejak kecil bahwa ada SO lain selain Windows. Ada aplikasi-aplikasi lain yang tidak perlu membajak untuk memperolehnya. Anak-anak kita beri kesempatan mencobanya. Di laptop lawas juga saya pasang Linux.
Versi digital MS Office Home & Student 2019, hanya berisi MS Word, MS PowerPoint dan MS Excel versi klasik. Untuk lisensi 1 PC, skema sekali bayar, harganya Rp 1,8 juta per tulisan ini dibuat. Sesuai yang tercantum di situs resmi MS Indonesia. Tersedia penawaran khusus Office 365 untuk kepentingan siswa dan pengajar di sekolah dengan skema harga berbeda.
Berapa harga resmi Corel Draw, Photoshop, SPSS, Antivirus?
Kadang kita tutup mata saja. Karena saat beli komputer laptop dan PC, aplikasi-aplikasinya sudah diinstal oleh penjual atau kita sendiri yang memintanya. Tanpa kita tahu berapa sebenarnya harga aslinya. Berapa program bajakan yang sudah kita pakai sehari-hari?
Sekarang sudah makin banyak pilihan untuk SO dan aplikasi pendukungnya. Aplikasi gratisan melimpah. Jangan lagi membajak!
Kelebihan dan kekurangan Linux kita bahas di tulisan berikutnya…