Kategori
GNU/Linux Void Linux

Kesan Pertama Distro Void Linux

Diperbarui 30 Desember 2019 oleh Dani Iswara

Membaca sejarahnya sepintas, komunitas Linux Void sempat bermasalah dengan pengembangan distronya pada Mei 2018. Menjadikannya vakum beberapa bulan karena pengembang awal tidak aktif. Masalah kemudian teratasi dengan komitmen komunitas. Sebelumnya, akses ke hal-hal krusial seperti domain voidlinux.com dan keputusan pengembangan distro, dikelola pribadi oleh pengembang awal.

Tulisan ini lanjutan dari Memilih Distro Linux untuk Laptop Lawas. Langsung meluncur ke laman resmi VoidLinux.org. Berkas unduh berupa Live Images untuk x86 saya instal ke USB flashdisk (UFD) dengan bantuan aplikasi Rufus di sistem operasi Windows. Set laptop supaya bisa boot via USB flash drive. Instalasi lancar mengikuti Panduan Instalasi Linux Void. Saya pilih MATE desktop.

Karena berbentuk distro rilis bergulir, kita bisa membuatnya menjadi versi terbaru Void Linux. Lakukan sinkronisasi dan update via terminal sebagai root:
# xbps-install -Su
Ketik “y” untuk melanjutkan pembaruan. Akhirnya sistem operasi sudah menjadi versi termutakhir. Sampai saat ini belum ada GUI yang mapan untuk aplikasi manajemen paket.

Saatnya instal beberapa aplikasi yang akan banyak terpakai. Firefox-ESR (Extended Support Release) sudah terpasang standar. Tambahkan dengan:
# xbps-install -S libreoffice gimp inskcape opera chromium pluma scribus vlc wine

Ganti Firefox bawaan dengan versi terkini:
xbps-remove firefox-esr
xbps-install -S firefox

Setelan ke printer tinggal ikuti panduan yang ada. Printer Epson L310 berhasil terhubung. Koleksi font di Windows bisa dibuat symlink ke Linux atau sekalian salin ke partisi Linux. Data di Windows diset read-write. Setelan WiFi, pembacaan UFD, koneksi ke ponsel Android, nonton video, dan simpan video YouTube ke harddisk sudah bisa dilakukan seperti di Windows.

Per tanggal 29 Desember 2019, versi terakhir yang terinstal:

  • Void Linux versi 5.3.18_1 (kernel 5.4.6 stabil terakhir),
  • Firefox versi 71.0_3 (32-bit),
  • LibreOffice 6.3.3.2_2 (versi 6.2.8 yang ‘stabil’),
  • GIMP 2.10.12_2 (2.10.14 yang terbaru),
  • VLC 3.0.8_7 Vetinari,
  • Inkscape 0.92.4_7.

Kesan pakai Void? Gegas dan ringan. Baca-baca belakangan ternyata begini rasanya pakai distro Linux dengan runit yang kodenya dianggap ditulis lebih ringkas. Telusuri perdebatan systemd vs runit. Sayangnya forum resmi Void memakai Reddit.com yang aksesnya resmi diblokir Kemenkominfo kita.

Sejauh ini puas pakai Linux Void. Dokumentasinya mungkin belum selengkap ArchLinux dan Gentoo. Singkatnya, Void Linux itu cita rasa Linux plus BSD.

Bacaan buku saktinya: Dokumentasi Resmi Void Linux.

2 tanggapan untuk “Kesan Pertama Distro Void Linux”

Salam kang, saya ini pengguna debian based sejak lama akhirnya jenuh. Sekarang lagi menjajal manjaro dan kelabakan dengan banyak hal terutana perintah teriminalnya.
Mau coba arch belum berani uji nyali krn ga ada berlangganan internet kabel.

@Damplik,
ngga bingung emang ngga seru kang guru… :)
seninya memang di situ kan..

tanpa Internet lega memang enaknya pake linux yang banyak paket jadinya seperti Debian, Ubuntu, Mint (.deb), apalagi punya CDnya lengkap

lha saya kalo di Windows malah ngga paham cara make command prompt-nya karena sudah cukup via GUI :)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.