Diperbarui 2 Desember 2017 oleh Dani Iswara
Literasi kesehatan digital (‘eHealth’) didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) digital atau elektronik untuk mendapatkan atau meningkatkan suatu layanan kesehatan. Cepatnya perkembangan dunia TIK mau tidak mau membuat masyarakat juga harus menyesuaikan diri. Memaksimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Alat teknologinya canggih dan sarana pendukung sudah makin maju. Ponsel cerdas makin terjangkau. Jangkauan internet meluas. Kemampuan penggunanya juga mesti diperbarui. Sehingga bisa sama-sama efektif saling mendukung.
Dalam pengertian literasi kesehatan digital mengandung unsur:
- Masyarakat. Penggunanya bisa tenaga kesehatan atau profesional medis, pasien, klien dan masyarakat atau publik umum sebagai ‘health consumers’. Karakteristik pengguna seperti umur, kelamin, lokasi, pendidikan, pekerjaan, kondisi kesehatan hingga diagnosis sakitnya juga menjadi perhatian.
- Kemampuan. Meliputi kemampuan pengguna mulai dari mengakses hingga menganalisis.
- TIK digital. Mulai dari alat/peranti elektronik desktop, laptop hingga ponsel pintar (‘mobile health’ atau ‘mHealth’). Termasuk juga koneksi jaringan internet dan bermacam berkas multimedia seperti teks, audio serta audio visual/video. Bisa ‘real time’ atau tidak. Media sosial mana yang paling populer pilihan pengguna bisa jadi acuan bagi penyedia layanan atau ‘provider’.
- Layanan kesehatan. Berupa penyajian informasi kesehatan, grup kesehatan, konsultasi dokter ‘online’ atau dalam jaringan (daring), registrasi kunjungan daring, apotek daring, pendidikan berkelanjutan daring, hingga aplikasi ‘telemedicine’ lain yang lebih canggih. Bisa satu arah atau dua arah, perorangan atau kelompok.
Mengakses layanan kesehatan digital via internet membutuhkan kemampuan literasi tertentu. Mulai dari mencari, menemukan, memilih, memercayai, memahami, membandingkan hingga mengaplikasikannya untuk mengatasi suatu masalah kesehatan.
Pertanyaan. Bisa untuk bahan penelitian.
- Kemampuan dasar apa saja yang mesti dimiliki pengguna?
- Bagaimana karakteristik pengguna?
- Bagaimana aspek legal dan etik hubungan dokter dan pasien di era digital?
- Pada penyakit apa saja intervensi ‘eHealth’ lebih efektif?
- Apa saja masalah ‘eHealth’ di Indonesia?
Alat ukur literasi digital kesehatan. Untuk kepentingan penelitian, silakan kunjungi tautan berikut:
- Health Literacy Measurement Tools (Revised) dari ‘Agency for Healthcare Research and Quality’ (AHRQ.gov) Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat (AS).
- Health Literacy Tool Shed dari Universitas Boston, AS.
3 tanggapan untuk “Literasi digital eHealth”
Informasi kesehatan digital juga harus layak dipercaya dan bisa ditelusur sumber-sumber kontennya. Dan belum banyak regulasi mengenai hal ini, sehingga bisa jadi informasi kesehatan, terutama wilayah lokal dikembangkan dengan seadanya.
Kemarin saya akhiri sertifikasi HONCode, karena biayanya membengkak akibat dinilai sebagai situs yang laris (ditilik dari peringkat Alexa). Ya sudah, akhirnya juga ikut menyediakan – jika sempat – informasi yang seadanya.
Cahya,
Eh jadi berbayar sertifikasinya? Bikin yang versi Indonesia..di bawah IDI misalnya..
Hanya untuk versi setahun pertama yang gratis. Sedangkan untuk berikutnya berbayar. Dan untuk situs dengan trafik sekitar beberapa ribu kunjungan dalam sebulan, nilainya cukup fantastis melebihi UMR di Jogja (walau tentu hitungnya tidak bulanan, tapi tahunan).
Saya rasa jika hendak membuat asosiasi atau komite yang mengurus sertifikasi sebuah web kesehatan, tetap saja nantinya harus diakreditasi atau disertifikasi oleh lembaga yang lebih kredibel. Misalnya belajar dari akreditasi rumah sakit, baik KARS maupun JCI harus mendapatkan persetujuan (rekognisi) dari ISQua sebelum mereka bisa atau kompeten melakukan akreditasi di bidangnya.