Kategori
Unessential Blogging

Dosen favorit idaman mahasiswa

Diperbarui 27 November 2017 oleh Dani Iswara

Pengalaman dulu sebagai mahasiswa jadi bahan blog kali ini. Dosen idola itu relatif. Jadi idaman mahasiswa yang satu tapi kurang disukai oleh kelompok lainnya. Dosen ajaib itu kalau mampu membangkitkan semangat mahasiswanya yang tidak niat kuliah.

Dosen masuk ruang kuliah pertama kalinya. Tersenyum ramah. Walau kelas sedang agak gaduh. Perkenalan singkat. Plus lelucon secukupnya. Bagi-bagi makanan kecil. Ya beliau memang sudah menyiapkannya. Buat mengurangi kantuk, katanya. Pembawaannya tetap tegas. Tidak terlalu banyak melantur. Materi kuliah tersampaikan. Teman-teman sekelas tampak puas. Dosen idaman itu ada.

Selera mahasiswa berbeda-beda. Seperti juga pasien. Ada pasien yang lebih memilih berobat ke dokter A. Dokternya sedikit bicara, antreannya banyak, obatnya paten, antibiotiknya lebih dari 1, ongkosnya mahal. Pasiennya sembuh. Tidak perlu bolak-balik ke dokter.

Pasien lain memilih ke dokter yang lebih jarang antreannya. Daftar dulu. Terjadwal. Bisa ngobrol dan konsultasi lebih puas. Antibiotik dan obat lain diresepkan jika hanya memang dibutuhkan. Kadang mesti datang 2 kali untuk kontrol kembali setelah cek laboratorium.

Ada dosen yang hanya fokus pada materi kuliah, tidak banyak basa-basi. Tapi penyampaiannya mudah dimengerti. Enak pula diajak diskusi. Ini biasanya disukai oleh mahasiswa yang niat belajar.

Ada dosen yang kocak, humoris, sangat menghibur mahasiswa. Tapi kekurangan waktu penyampaian materi. Karena mungkin porsi ‘ceritanya’ kebanyakan.

Dosen muda seringnya lebih tanggap teknologi. Contoh kasus aktual dibumbui info, hoaks dan meme yang sedang ngetren bisa jadi lebih bisa dicerna mahasiswa.

Jangan pungkiri bahwa mahasiswa juga berhitung nilai ujian. Dosen yang sering memberi nilai A adalah favorit. Apalagi jika beliaunya tidak pelit nilai. Jadilah kelasnya diburu untuk menambah kredit nilai.

Dosen pembimbing (dosbing), jika dimanfaatkan maksimal, lumayan membantu karier mahasiswa. Selain studi, siapa tahu sang dosen mengijinkan kita ikut magang atau malah kecipratan proyek. Syukurlah jika punya dosbing yang mudah diajak diskusi, tidak sulit ditemui, revisi yang teliti, sabar dan pengertian. Biasanya dosen yang keilmuannya mumpuni akan serius membimbing mahasiswanya. Bukan sekadar lewat.

Kita sebagai mahasiswa bisa melihat dedikasi tiap dosen untuk berbagi ilmu dan menuntaskan kewajibannya mengajar. Bukan sekadar demi kredit, gaji atau honor. Tapi tanggung jawab pada perkembangan ilmu pengetahuan.

Yang penting dosen mesti tetap kreatif mengajar dan membimbing. Memahami karakter mahasiswanya. Memasukkan unsur motivasi, teknologi dan seni komunikasi jadi sebagian modal awal dosen difavoritkan mahasiswa.

“Sudah ada yang nonton materi kuliah ini di Youtube?”

“Permennya sudah kebagian semua?”

“Kuliah berikutnya mau dibawain camilan apa?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.