Kategori
Web Accessibility

Pemberi Kritik Aksesibilitas Web

Diperbarui 19 November 2012 oleh Dani Iswara

Mungkin tidak banyak pengguna Web yang memperhitungkan aksesibilitas. Apalagi sampai memberi kritik. Kebanyakan masih mengedepankan tampilan visual bagi pengguna normal. Entah di mana posisi pengguna Web penyandang disabilitas dan para senior yang lanjut usia/lansia. Silakan baca Aksesibilitas Web pada Lansia (Dani Iswara .Net).

Kembali ke kritik Web. Kritikan berikut dikirimkan oleh Mas Dimas Prasetyo Muharam (dpm.web.id; maaf pranalanya dicopot karena saya tidak menyetujui pembajakan) di suatu forum Indowebster (dikutip tanpa izin):

halo admin indowebster. menurut saya tampilan indowebster kurang menerapkan asas aksesibilitas. saya mengakses indowebster menggunakan program screen reader, jadi agak bermasalah di sini. selain loading yang berat dengan banyak flash, kurang juga terdapat heading2 yang memudahkan pengguna screen reader. thanks. mohon dipertimbangkan.

Mereka ada.

Mas Dimas–yang sering memakai nama 'dimaster' di dunia maya–adalah salah satu penyandang disabilitas penglihatan yang juga pemakai 'screen reader'. Kesan saya, beliau lancar berbahasa Inggris dan sangat akrab dengan pemanfaatan Internet. Hingga mendirikan situs 'Karya TunaNetra' bernama Kartunet.com. Baca juga kisah para pengembang webnya dalam bahasa Inggris di blog (lawas; 2006) sekolah beberapa pengembangnya, Kartunet dot com – Karya TunaNetra (sixtysixhighschool.blogspot.com). Masih ada sejumlah narablog penyandang disabilitas sebagai pengguna aktif di dunia maya selain Mas Dimas plus rekan-rekannya dan Mas Ramaditya (ramaditya.com–'The Indonesian Blind Blogger'). Tentang istilah penyandang disabilitas, silakan baca Penyandang Disabilitas, Sebutan bagi Difabel (Dani Iswara .com).

Jika kritik diberikan oleh yang berkepentingan langsung, mungkin akan lebih bermakna. Daripada oleh sekadar penyandang disabilitas koneksi Internet.

Rekan-rekan penyandang disabilitas pengguna Web ada di sana. Boleh abaikan saya, tapi jangan singkirkan mereka! :)

21 tanggapan untuk “Pemberi Kritik Aksesibilitas Web”

Hmm.., saya mengerti kalau mereka merasa diabaikan. Tapi, setelah saya baca Aksesibilitas Web Pada Lansia, rasanya bukan pekerjaan yang mudah juga bagi saya untuk membuat blog saya lebih bersahabat untuk mereka.

Agung Pushandaka,
kebetulan Bli Gung berlatar bidang hukum. Di luar negeri katanya ada hukum/'dejure' yang bisa dipakai pengguna untuk menuntut pengelola Web karena dianggap melakukan pelanggaran hak asasi pengguna. Saya lupa, dulu ada dokumentasinya di situs w3.org.

Menurut saya, tidak harus menyentuh sampai ke sunting-menyunting desain. Kecuali memang desainer dan pengembang Web atau punya kemampuan dan niat untuk itu.

Sebagi penyaji konten, boleh menerapkan Aksesibilitas Web oleh Penulis Konten (Dani Iswara .Net).

Sebagai pengomentar blog, bisa mencoba menjadi Pengomentar Blog mendukung Aksesibilitas Web (Dani Iswara .com). :)

Saya belakangan ini lebih serius untuk semakin membuat blog saya lebih aksesibel dan usable. Mencoba berempati :) Saya banyak terbantu dengan posting-posting di blog ini. Salah satu pembenahan terbaru yang saya lakukan yaitu membuat tabindex menjadi logis urutannya dan memberi efek berbeda saat tabbing (dengan efek focus).

Saya merasakan betapa bergunanya efek focus ketika pengguna tidak menggunakan tetikus alias cuma memanfaatkan tombol TAB. Soal screen reader, jujur saya belum pernah mencobanya bli :)

iskandaria,
terima kasih apresiasinya. :)

Jangan terlalu serius 'dive into accessibility', nanti tenggelam. :D

Untuk tabindex yang logis dan 'tabbing', coba juga di peramban Web berbeda. Kadang butuh kombinasi tombol tambahan (Opera).
Jika susunan tabindex dibuat logis, saat tabbing pertama kali, maka kursor akan mendarat di urutan tabindex paling awal. Misal kolom pencarian yang diposisikan di atas akan selalu mendapat urutan pertama. Yakin pengguna memang ingin memakai/mengisi kolom isian tersebut saat tabbing pertama kali?
Sempat saya tulis di Tabindex tidak Logis (Dani Iswara .com).

Untuk mencicipi keterbacaan ala 'screen reader', kan bisa mencoba ekstensi Fangs–emulator 'screen reader'–di Firefox. Agak serupa dengan simpan halaman Web dalam format PDF, lalu baca dengan pilihan 'text-to-speech' (View-Read Out Loud) di Adobe Reader terbaru. :)

Akhirnya ada “speaker” yang bersuara juga, hanya saja volumenya perlu diputar agar lebih keras lagi :D
Tenang Bli, saya ada di belakang (clingak-clinguk)

aku ga suka flash,, oia mas dan aku ga tau komentar mas dan.. soalnya kejauhan di posting lama..terima kasih sudah datang…
aku juga belum lulus w3c banyak eror soalnya pakai blogspot,,widget bermasalah kalau ga di pasang kesian yang udah ngelink

hendro-prayitno,
kenapa tidak suka flash? Apa salahnya flash? Kasihan lho yang susah-susah memajang flash.

Saya datang karena ingin membaca. Bukan membalas sesuatu.
Apa salahnya komentar di tulisan lama? Yang lama bukan untuk dibuang, kan? [Senyum-senyum sendiri] (lucu juga pakai emotikon teks begini).

Keren! Dimas Prasetyo Muharam dan Ramaditya. Iya, ya, Pak. Kita memang harus lebih memerhatikan keberadaan orang seperti mereka.

Saya sangat salut dengan Mas Ramaditya itu. Saya tahu beliau pertama kali karena DivineKids. Yah, maklum Pak. Saya sangat suka pengembangan game. Saya kagum dengan ketegaran hati dan bakatnya itu. Luar biasa. Kalau Mas Dimas, saya baru tahu dari posting ini. Hebat sekali. Belum tentu orang lain bisa, tuh.

Minoritas bukan berarti tidak penting.

Kalau menurut pengalaman saya, untuk loading web sebaiknya di bawah 10 detik. Lebih dari itu maka web akan ditinggalkan orang, kecuali jika web tersebut sangat-sangat diperlukan orang.

Kalau saya menerapkan Usabilitas untuk sekarang ini, sedangkan untuk aksebilitas akan menyusul setelah usabilitasnya selesai….

Jamal,
menurut saya, dengan adanya antara lain:

a) fitur multitab di peramban Web desktop (tidak sabar menunggu, buka yang lain dulu),
b) konversi dan kompresi konten di peramban Web 'mobile',
c) edukasi pengguna untuk menonaktifkan tampilan gambar dan fungsi beberapa 'javascript',
d) kepedulian vendor peramban Web menyertakan semacam kemudahan baca via 'Safari Reader', ekstensi 'Readability Redux' (Google Chrome), dan ekstensi 'Readability' (Firefox),

mestinya bisa membuat 'aturan' sekian detik itu usang.

memang dengan berkembangnya tekhnologi aplikasi sekarang ini, sesuatu yang dulu belum terwujudkanm jadi bisa terealisasi
salam hengat serta jabat erat selalu dari tabanan

satrya,
menurut saya, sebenarnya cukup menerapkan rekomendasi aksesibilitas sesuai WCAG 2.0. Yang mana ternyata bermanfaat juga bagi lansia, penyandang disabilitas pada umumnya, dan disabilitas lain. Jadi, ada unsur aksesibilitas yang selain menguntungkan bagi pengguna normal, juga baik bagi penyandang disabilitas dan lansia.

Akhirnya, meningkatkan kebergunaan dan keteraksesan yang lebih universal. Bukan mengutamakan/mengakomodasi satu golongan pengguna saja. :)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.