Diperbarui 1 Juni 2010 oleh Dani Iswara
Sepuluh besar distribusi GNU/Linux yang terpopuler di DistroWatch saat ini, yaitu:
- Ubuntu,
- Mint,
- Fedora,
- openSUSE,
- PCLinuxOS,
- Debian GNU/Linux,
- Mandriva,
- Sabayon,
- Arch,
- MEPIS.
Hampir semua turunan distro utama/independen ada di posisi tersebut. Yang termasuk distribusi Linux independen antara lain: Debian GNU/Linux, Fedora, openSUSE, Gentoo, Slackware, Mandriva, Linux Arch, dan PCLinuxOS.
Basis Debian GNU/Linux dipakai oleh Ubuntu, Mint, dan MEPIS. Basis Ubuntu dimiliki juga oleh Linux Mint. Karena Mint berbasis Debian dan Ubuntu. Lalu ada Fedora, open SUSE, PCLinuxOS, Mandriva, dan Linux Arch sebagai distro utama lain di 10 besar. Gentoo yang ada di kisaran 15-20 besar, terwakili dengan adanya Sabayon. Slackware, walau tidak di 10 besar, tapi tetap stabil di kisaran 11-15 besar.
Mengapa memakai distro turunan, bukan distro asalnya saja sekalian?
Kode sumber berasal dari distro independen. Lalu dikembangkan dengan pelbagai kemudahan, keluwesan, dan alur pengembangan tertentu, yang mengadopsi kebutuhan pengguna.
Misalnya, Debian dirasa terlalu konservatif dan ketat terhadap lisensi proprietari. Maka muncullah Ubuntu dan MEPIS yang rutin rilis tiap sekian bulan sekali. Debian dan Ubuntu dianggap masih kurang luwes juga, lahirlah Mint yang menyertakan paket-paket proprietari seperti di banyak berkas multimedia.
Lalu ada Linux Sabayon, versi kustomisasi dari Linux Gentoo. Proses pemasangan awal yang mudah, lengkap beserta tampilan antarmuka grafis, multimedia siap pakai, deteksi dan pengenalan perangkat lunak yang lebih praktis, plus beberapa fitur permainan 3D. Tapi tetap bercita rasa Gentoo.
'Open source' membuka peluang kreasi baru bermunculan. Pilih sesuai selera! :)
30 tanggapan untuk “Distro Utama Linux Terwakili di 10 Besar”
Sementara memilih menggunakan Ubuntu 10.04 dulu bli, dikombinasikan dengan Windows XP dan Windows 7, tapi masih lebih sering menggunakan Windows XP.
OOT, bagaimana pendapat Bli Dani dengan StressLinux ?
Saya dapat kiriman, melihat tampilannya kening saya berkerut, ada saran agar terasa lebih familiar ( spesial jika Bli punya pengalaman dengan StressLinux ) :(
Pak Aldy,
belum pernah coba, Pak. Itu LiveCD openSUSE ya.
Sebagai pemula terkadang membuat bingung,..
Wah, masa OpenSUSE nomor 4, ga bisa diganti ya urutannya :( – kalau mau pilih-pilih sesuai selera berarti harus dicicipi semua, sedangkan mau mengunduh 1 distro = 2x ke kafe internet = 2×15.000 minimal = 30.000
Kalau ada 15 distro yang mau dicoba berarti 15 x 30.000 = 450.000,00, belum lagi tambah biaya update, perbaikan kalau galat, dan lain-lain, plus kalau mau coba lebih banyak distro. Kalau mau beli, harganya 50.000 per DVD, kalau ada 15 berarti 750.000.
Dan habis tiap enam bulan, berarti dalam setahun kalau selalu mau tahu mana yang pas, setidaknya dua kali mencoba biayanya 900.000 s.d. 1.500.000. Akhirnya dalam 5 tahun menjadi 4.500.000 s.d. 7.500.000 (sepuluh kali biaya awal).
Padahal untuk Windows 7 Ultimate @ 2.000.000 sudah langsung bisa pakai plus garansi pakai 5 tahun + 2-5 tahun pasca rilis OS pengganti, dan masih bisa dipasangi opensource. Ah…, hitung-hitungannya susah.
Btw, kok dibagian kepala blog ada string aneh?
Cahya,
pake akses inheren Internet kampus, biaya nol! Unduh sepuasnya.
Memangnya pernah icip-icip semua versi utuh Windows?
Di Linux kan tidak harus dicoba install semuanya. Cukup pinjam LiveCD/LiveDVD/LiveUSB dengan cara yang legal dan rayuan manis. Berdayakan komunitas. Simak tinjauan/review-nya.
Masak mau pake/beli kamera digital, harus dicoba/beli satu-satu? Kasihan shutter count-nya terpakai. :P
String aneh? Di fx kok ngga ada ya? Koneksi merayap. Malas ngecek.
Bli, pinjam Ubuntu 10.04 yang baru dong :D He he…
String-nya saya kirim via japri saja ya :)
Cahya,
[OOT] lagipula Google Chrome sepertinya belum juga bisa membaca XSL (Extensible Stylesheet Language).
Selama ini saya menggunakan Ubuntu hardy di kampus. Maklum, UGM tidak punya cukup uang untuk membeli Windows padahal kuliah sekarang juga mahal :)
Salah satu favorit saya adalah Slax. Saya menjalankannya pada flashdisk. Maklum flashdisk yang saya punya hanya mampu menampung data hingga 256Mb
Cahya,
[OOT] wah, maaf, saya kan Archer, bukan Ubuntero. Kalau ArchLinux 2010.05 i686 Core (300-an MB) ada. Mau? :)
Bli Dani,
[OOT] (memangnya OOT bisa dibaca di screen reader ya?), saya kan bukan commander, saya GUIer, ndak ada yang lebih gampang ya?
Cahya,
[OOT] mestinya sih tiap singkatan tetap memakai elemen abbr atau acronym.
Yang ini sepertinya tidak keluar topik. Kan sudah punya openSUSE. Mau selingkuh? Jika distro utama sudah masuk 10 besar, berarti kan cukup populer. Atau, rutin diklik saja openSUSE di ranking itu supaya makin naik. :)
Beberapa kali nyoba buka blog ini pake Ubuntu 10.04, masih juga gak bisa alias error XML. Terpaksa deh balik lagi pake XP :)
Jujur aja saya baru nyobain Ubuntu. Installnya minggu kemaren. Sukses sih, tapi tampilannya kok jadi besar ya. Contohnya ukuran font dan tampilan web di monitor. Gimana mengakalinya supaya senyaman di Windows bli? Rencananya saya juga mau tambah font, soalnya font defaul Ubuntu kurang menarik. Ada solusi?
Maklum, pengguna pemula :)
iskandaria,
pakai peramban Web apa di Ubuntu yang baru? Mungkin juga galat/error di server..entahlah.
Di Linux yang ketat lisensi pemakaian paket proprietarinya, kan memang tidak terpasang huruf komersial seperti Arial, Times New Roman, Calibri. Tapi ada yang segolongan itu di Linux. Solusinya, bisa memasang paket sejenis msttcorefonts (koleksi huruf MS/Microsoft) atau salin koleksi huruf di partisi Windows ke direktori Ubuntu. Banyak tutorialnya di Google.
Teorinya, semuanya tanggung jawab dan risiko pengguna (nasihat ini mungkin hanya berlaku di beberapa negara yang memberlakukan HAKI dengan ketat). :)
@bli Dani,
Iya bli, base memang suse tapi dengan tampilan yang sangat minimal ( menurut saya ), karena ini kiriman teman saya mencobanya, tapi malah masih bengong.
Saya pakai peramban firefox 3.6.3 saat browsing via Ubuntu. Mau tanya lagi, tampilan web di ubuntu jadi melebar + membesar. Termasuk ukuran font-nya. Apa memang itu salah satu kekurangan Linux/Ubuntu ya? Kalau pakai teknik Ctrl – malah jadi nggak bagus hasilnya.
Sori banyak nanya (*paling disuruh tanya Om google nih kayaknya*)
iskandaria,
di blognya Cahya, diskusi Mas Is dan Cahya juga saya jawab serupa ini. Menurut saya itu bukan kekurangan Linux/Ubuntu. Tapi karena memang mereka menghargai lisensi GNU. Seperti juga tidak semua codec proprietari disertakan untuk beberapa berkas multimedia. Selamat datang di dunia kebebasan legal. :)
Terkait jenis huruf, kembali seperti jawaban di atas. Jika di Linux Arch saya memakai solusi ArchLinux Fonts, di Ubuntu silakan ikuti Ubuntu Fonts. Dan tentu saja saya memperoleh pranala itu dari Googling. Siapa yang hafal URL itu? Saya juga tidak punya arsip Ubuntu. Untuk itu saya sarankan pengguna Linux membaca minimal dokumentasi Wiki masing-masing distronya. Kan kasihan yang buat Wiki susah-susah. :)
Lagi nyoba BackTrack (turunan Slax) dan CentOS buat server nich…
terimakasih list infonya :)
Saya hanya bisa menunggu dan menyimak tanya-jawab yang ubuntu saja.
Saya masih suka dengan ubuntu, Mint, dan mandriva. Terutama Mint mungkin karena banyakan warna hijau kali ya bli, heheheheh. Tapi tetap aja masih suka berkutat dengan Xp, alasan utamannya simple. saya belum menemukan pengganti orbit downloader yang pas di hati.
Awalnya, saya sering mencoba-coba beberapa distro (maklum bisa seenaknya download distro di kantor), yang mana merasa cocok dan sesuai kebutuhan, akan mengerucut ke satu distro saja, doh akhirnya nyangkut ke Fedora, padahal lebih nyaman ke Arch (lagi kurang waktu mengkonfigurasi manual n kerjaan lagi numpuk),..
Malahan sekarang semakin susah untuk setia sama salah satu distro :(
Masedi,
bukannya BackTrack yang baru sudah berbasis Ubuntu, bukan Slax?
Harry,
semangatnya kan sama saja , Pakde.
Deka,
kalau ngga pake si orbit, ngga bisa hidup ya? :P
agungnk,
sama, dulu saya juga sempat jadi kutu loncat distro. Dimana-mana Linux itu ribetnya pas di awal saja. Konfigurasi ini itu. Pasang aplikasi a, b, c. Tapi setelahnya, saya sudah melupakan semua barisan perintah itu. Yang sekarang paling sering saya pakai di Arch hanya
sudo pacman -Syu
, tanpa install ulang tiap sekian bulan. :)Dari dulu (awal nyoba sampe jadi OS utama) setia sama keluarga besar Slackware.
Masa awal belajar pake Slax.
Masa transisi (OS selain Windoz) pake Slackware.
Masa sekarang (OS satu2nya) pake Zenwalk baik di Desktop ataupun di Laptop.
Ntah kenapa Slackware yang sederhana malah enak banget dioperasikan, walaupun kemarin tergoda Arch tapi tetap aja gak bisa pindah kelain hati.. Haha..
jenggo,
slackers itu memang paling susah diracun pindah 'agama'. :P
Distro Linux terlalu banyak dan terlalu membingungkan buat pemula pengguna Linux seperti saya :(
saya juga sepertinya mau stop jadi kutu loncat setelah mencoba archlinux ini mas
sejak kemarin install xfce tapi tadi gagal startxnya malah ngehang
trus saya ulangi lagi install arch dan pasang gnome dulu, ini sejak tadi pagi masih proses
semoga nanti hasilnya memuaskan :)
galihsatria,
ah caranya kan sama saja dengan memilih kamera DSLR. Pilih saja yang 'agamanya' paling banyak. :P
yayan,
saya dulu mengikuti panduan ArchWiki, sudah cukup puas. Bakal berkurang lagi deh kutu loncatnya. :)
Kenapa yang baru selalau menggoda (doh)
yah pilihan ada pada diri sendiri kali ya?
agung,
jika sering tergoda yang baru, boleh coba 'rolling release' (Arch, Gentoo). Atau distro yang siap 'install/upgrade' tiap 6 bulan sekali. Konservatif, silakan pilih sejenis Debian stabil. :)
Sementara pakai Arch & Debian. gak tahu kenapa suka yang minoritas :D