Kategori
Web Accessibility

Users may write open letter to inaccessible Websites

Diperbarui 21 Mei 2010 oleh Dani Iswara

If we find inaccessible Web sites, tell them what the problem is. I found an open letter written by Everett Zufelt.

Everett has been loosely involved in web development for over ten years, during which time he lost his sight as a result of a degenerative eye disease. As he transitioned from large font to a screen-reader he realized that many information systems were not accessible to the blind, or to persons with certain other disabilities.

Read his Drupal blog post, Open letter to CTV regarding Accessibility of CTVOlympics.ca. The letter represents his experience as a blind user accessing inaccessible Web site. Everett using Mozilla Firefox browser with the help of JAWS–Job Access With Speech–screen reader.

What is his point?

  1. placing 342 links on a sites home page is very poor practice.
  2. There are four embedded Flash objectives on the CTV Olympics home page that are completely inaccessible to the blind.

    The Flash objects on the CTV Olympics web-site are not accessible to any blind users, and as far as I observed there was no alternative method of accessing the information within the objects.
  3. the video, and audio, began playing when the page loaded. Having audio that begins to play when a page loads is an incredibly poor accessibility practice.
  4. …I was unable to Stop or Pause the video, to adjust the Volume of the video, or to make any other viewing choices where the controls for these choices were embedded in the video player.

And please follow some links on its discussion thread. Especially Joe Clark’s link, Vancouver Olympics Web sites are inaccessible to disabled people.

We have an equal access on the World Wide Web.

11 tanggapan untuk “Users may write open letter to inaccessible Websites”

Heheh, sebuah hal yang aneh kalau situs pemerintah, pendidikan, dan layanan publik lainnya tidak aksesibel. Tetapi kenyataanya, banyak juga situs-situs resmi pemerintahan yang terkesan ala kadarnya. entah apakah anggaran untuk membangun dan mengembangkan web terlalu sedikit atau memang tidak ada perhatian pada bidang tersebut.

ardianzzz,
kala dana proyek sih sepertinya mengucur deras. :) Tapi mungkin yang harusnya kritis (penyandang disabilitas), sudah tidak banyak masalah dalam mengakses situs tersebut. Walau tes aksesibilitas Web daring mengatakan berbeda.

Ada sebuah departemen yang mengucurkan dana milyaran untuk membuat sebuah applikasi online plus perangkat kerasnya ( saya pernah menulis ini diblog saya dan hasilnya blog dihack ).
Tapi hasilnya ?
Kayaknya hanya sebatas proyek doang :(

Sudahlah Bli,

Kalau sudah tua, serahkan dunia pada generasi selanjutnya. Silakan, ada kehidupan sanyasin menanti :p

Btw, blog ini kadang bisa dibuka, kadang blank page kalau dilihat dari pakai Fx 3.6.3 :???:

Pak Aldy,
kalau proyek gitu pak ya.. :)

Cahya,
itu sudah risiko make xsl untuk mathml yang lalu. Tergantung kondisi server dan koneksi Internet juga.

Gara-gara tulisan ini, gantian saya yang tergiur ikut mencicipi penggaya fang pada FF-3.6.3. untuk nge-test how accessible my blog was. Intinya, berapa jumlah maksimum link yang baik pada tembolok ?, berapa pula pada single konten ?. Punya saya, sampai posting terakhir memiliki 99 link (kebanyakankah atau gimana ?).

Padahal open letter tersebut muncul untuk sebuah situs yang sepintas pandang teramat sangat sederhana ya ?

Pakde Harry,
jumlah pranala ideal pada tembolok/cache? Wah saya tidak tahu Pakde.
Jumlah pranala ideal pada satu halaman konten? Menurut saya, dari sisi ‘best practice’ aksesibilitas Web, disarankan kurang dari 100 buah. Mau, ‘tabbing’ 100 kali atau lebih? :)
Ini pun akan sulit dipenuhi jika jumlah pengomentar sangat banyak dan pengelola tidak menyukai sistem ‘paging’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.