Diperbarui 13 Mei 2010 oleh Dani Iswara
Komentar dari Pak Aldy di tulisan Pengoptimalan Skor Page Speed Blog (Dani Iswara .com) memunculkan ide tulisan ini.
Berikut ini komentar beliau:
Salam,
Halaman blog tidak melulu untuk pengguna teknis toh Bli ?
Kadang-kadang perlu juga pemanis, sepanjang tidak kemanisan.
Bagi sebagian blogger, blog dengan text only kurang menarik sekalipun isinya sangat menarik. CMIIW.
Pendapat Pak Aldy benar. Bahkan Panduan Aksesibilitas Konten Web atau 'Web Content Accessibility Guidelines' pun tidak menjamin konten yang hanya berisi teks pasti akan menjadi lebih aksesibel.
Jika saya hanya mampu dan mau menyajikan teks sebagai konten blog tidak penting ini, sebaiknya jangan sekali pun ditiru! :) Anggaplah itu sebagai keterbatasan saya seorang. Jangan sampai ada yang salah persepsi mengikuti apa yang saya lakukan. Tiap elemen desain Web ada alasannya (Jabarview.com).
Tentang peluang menjadi menarik, apakah saya:
- masih tampak berusaha menarik minat orang dan mesin untuk membaca tulisan saya dan menyembah trafik?
- perlu menarik minat narablog dan mesin untuk mengunjungi dan berkomentar di situs tidak penting ini?
- masih harus berusaha lebih keras lagi untuk membuatnya menjadi lebih tidak penting lagi? :)
30 tanggapan untuk “Menyembah Trafik”
Saya masih kurang paham dengan istilah “menyembah trafik” :)
ardianzzz,
tidak usah dipahami. Tidak penting kok. :P
Walah kok dijadikan modal :lol:
Siswa mandiri belajar web/blog seperti saya tidak pernah perduli dengan segala macam pernik-pernik hiasan bli. Sepanjang blognya memang saya butuhkan untuk belajar mengapa tidak ?
1) Masih Rayimas. 2) Masih Dokter. 3) Masih … 1001) Masih tetap tidak penting jika saya harus menautkannya dengan kata Trafik :P
Soal penyembah Trafik saya juga belum paham, tapi kadang tanpa disadari dengan membaca komentar-komentar di blog yang tidak penting ini, saya pun bisa mengimplementasikan ilmu ngeles dengan orang2 disekitar saya haha :D
hehe tetaplah pada prinsip sendiri mas :)
dan bagi saya blog ini penting
Kalau saya mengutip dari buku Cyber Branding Through Cyber Marketing, yang ditulis oleh Bob Julius Onggo, sebuah website/blog akan lebih manusiawi bila diberi sentuhan manusia didalamnya.
Dengan hanya menyajikan barisan teks saja memang terasa kaku dan kurang manusiawi, Mas Dani.
Bukankah blog dibuat untuk dikonsumsi seorang manusia? Bukan buat antara komputer dengan komputer, antara mesin dengan mesin? Jadi saya rasa blog yang hanya dibangun dengan barisan teks saja tanpa ada pemanis memang terkesan angker dan kaku?
Tapi syukurlah, meski blog ini sangat kurang dengan pemanis, tapi dengan adanya foto Mas Dani terpajang di blog ini, saya merasa tak sendiri lagi. Saya merasa tidak berhadapan dengan mesin yang dingin lagi.
Pak Aldy,
Aksesoris blog sih sepertinya bukan lagi masalah asal bisa di-disable di sisi pengguna, kan Pak? :)
Pakdhe Harry,
sepertinya saya tidak perlu membalas komentar tidak penting seperti ini. :P
agung,
saya mesti lebih banyak belajar ngeles lagi sepertinya.
zam.web.id,
penting tidaknya, itu risiko masing-masing penumpang lah. :P
Joko Sutarto,
saya setuju dengan sentuhan manusia itu. Walau saya tidak sedang berusaha keras memasarkan sesuatu atau bahkan berhitung untung rugi.
Prinsipnya saya setuju. Tapi, menurut saya, bukan pada masalah 'teks saja'-nya. Toh penyandang disabilitas gangguan penglihatan/buta total hanya mampu 'membaca' teks selain mendengar konten multimedia lain. Penyandang disabilitas gangguan pendengaran/tuli total hanya mampu menikmati teks lagu dan narasi+visual video. Itu juga manusiawi dan hak azasi kan? :)
untuk blog yang hanya berisi text saja menurut saya bagus, karena disamping mudah dibaca, juga tidak memberatkan dalam membukanya..
juga yang terpenting bisa menghemat qouta bandwidth..
dery,
tapi konten berisi hanya teks bisa mempersulit pengguna dengan hendaya kognitif.
Untuk kecepatan waktu muat, bisa mengoptimalkannya dengan konsep Page Speed ala Google atau YSlow ala Yahoo. :)
Asal berbobot dan dapat membuat pembacanya terhibur, melulu teks juga tak apa. Tentu picture talks louder than words. Jadi, kombinasi keduanya memang lebih bagus :)
Apapun alasannya, akan lebih memuaskan jika tulisan kita bisa mempengaruhi pembaca. Masalah mesin, itu alternatif jitu tuk menjaring pengunjung, karena pencari informasi toh juga bukan melulu blogger.
Salam dari blogger asal nulis :)
salam sahabat, selamat malam bli
saya belum paham tentang menyembah trafik..
Yah, Bli Dani bukannya tidak mau menyembah trafik, tapi memang tidak sanggup, sesama fakir bandwidth (termasuk untuk hosting) jadi mesti saling pengertian :)
Tapi rasanya konten dengan sentuhan humanis tidak selalu bertentangan dengan aksesibilitas bukan?
Saya pun sempat memikirkan jika sebuah konten blog menarik untuk disimak namun tidak begitu aksesibel, maka dengan menarik banyak trafik (karena memang konten menarik) ada kemungkinan orang-orang yang paham aksesibiltas membantu si narablog untuk membenahi aksesibilitas blognya, karena toh tidak semua orang paham (apalagi saya) tentang hal-hal seperti ini.
Gus Ikhwan dan yang mempertanyakan makna menyembah trafik,
saya tidak ingin melanjutkan diskusi tentang makna menyembah trafik. Biarlah ia menjadi sekadar judul di sini. Saya khawatir malah menjadi seperti istilah menyembah berhala. Maaf [titik]
Cahya,
Konten dengan sentuhan humanis seperti apa dulu? Gambar non-CSS tanpa atribut
alt
? Berkas multimedia (video+suara) tanpa kontras suara yang baik? Halaman konten dengan gambar latar yang konten teksnya sulit dibaca jika gambar nonaktif? Teks/konten blinking/flashing/running (pemicu bangkitan epilepsi) tanpa bisa distop? :)Darin,
Mungkin tidak bagi penyandang disabilitas penglihatan/buta total?
Biarlah kepuasan itu milik mereka yang memang ingin memengaruhi pengguna/pembacanya. Di blog tidak penting ini, justru saya sudah pernah memberi peringatan: Jangan Percayai Saya! :)
saya ikut menyimak saja, karena tidak punya pendapat, ilmu saya belum memadai
Benar Bli, sepanjang aksesoris tersebut bisa dinonaktifkan dari sisi pengguna saya kira tidak masalah dan tidak berlebihan atau kemanisan. Walaupun bisa dinonaktifkan dari sisi pengguna, yang menjadi masalah seberapa banyak pengguna yang perduli dengan dirinya ?
Katakanlah sebuah web/blog memiliki aksesoris tulisan dengan kedipan seperti disco lamp, saya tidak yakin ada pengguna yang mau mematikan aksesoris tersebut dengan memanfaatkan fitur yang ada pada peramban ( mungkin juga malah tidak tahu ).
Akibatnya, pengembang yang dipersalahkan.
Hallo semuanya! Apa kabar? Saya sedang menyembah trafik nih. hihihi…
Pak Aldy, Mas Anis,
daripada sekadar mengeluhkan banyaknya iklan, aksesoris blog, beratnya waktu muat blog karena hal-hal yang kurang dibutuhkan, edukasi pengguna untuk menonaktifkan CSS (bagi situs yang menerapkan standar Web–memisahkan konten dan layout), iklan, dan skrip-skrip tidak perlu bisa jadi bahan tulisan tuh. Apalagi buat Mas Anis yang sedang menyembah trafik. :P
Sepertinya, baru ngeh nih, Dok, kalo blog ini udah berubah nama yah. Hihihhi.
Pak Dokter yang satuh inih kayaknya cinta banget dengan yang namanya “aksesibel”.
Helda,
yang dot com ini memang beda dengan dot net itu. :)
Saya tidak berharap menjadi penyandang disabilitas. Tapi, seandainya saya berkesempatan menjadi tua nanti, pelbagai fungsi tubuh kan umumnya akan menurun. Hampir serupa dengan disabilitas. Daya ingat, ketajaman mata, koordinasi otot tangan, hampir semuanya akan menurun pada penuaan. Dan saya masih ingin bisa mengakses Web dengan mudah dan aksesibel di masa tua itu. Katakanlah ini investasinya.
Bli Dani,
OOT. Saya tidak tahu apakah saya yang salah atau peramban saya yang ngaco atau memang disetting oleh Bli Dani.
Setiap saya push tombol home, selalu ke postingan ini.
Padahal dari halaman arsip, ada postingan yang lebih baru dari artikel ini.
Kok kejebak sama akismet mulu ya komen saya :(
Pak Aldy,
bukan masuk akismet. Itulah mungkin saking kuat efek cache-nya di Page Speed, Pak. :) Belum sempat ngedit lagi, maaf.
[…] bisa melepas keterikatan dan kecanduan untuk 'blogwalking' demi kunjungan balik, menyembah trafik, bahkan hingga mengecoh pengguna via […]
OOT.
Membaca tulisan ini dan Menulis Blog tanpa Pengunjung dan Komentar, sepertinya saya melihat sisi lain seorang mas dani, yang kejam dan terkesan agak intoleran dengan narablog2 lain yg berseberangan dengan konsep aksesibilitas, kesederhanaan, dan SEO.
Maaf, ini hanya perasaan saya saja saat membaca dan menghayati kata demi kata :)
Koreksi, maksudnya menganut SEO, bukan berseberangan dg konsep SEO.
rismaka,
sebentar. Tidak semua penjahat itu benar-benar jahat, kan? Tidak semua politisi itu busuk, kan? Tidak semua upaya marketing itu bohong, kan? Tidak semua SEO lantas harus dicap hitam, kan? Jangan sampai antipati dengan SEO (yang baik). Sebaliknya, tidak ada kompromi dengan upaya mengecoh pengguna. :) Kecuali ada yang suka dibohongi, dikecoh, dan tidak merasa dirugikan.
Situ langganan feed ngga penting saya ya? Rajin amat… :P
[…] kita tidak bicara berhala lebih jauh hanya sebatas sebagai blogger, karena ada juga blogger yang menyembah trafik. Sekarang masalahnya, karena sebagian besar blogger adalah blogger paruh waktu dan belum sampai […]
[…] sentuhan antara teknologi dan manusia. Kesucian itu begitu polos, dan tidak dicemari oleh berbagai penyembahan terhadap trafik atau komentar asal lewat sambil buang sampah. Ah…, apa […]