Kategori
Web Standards

Teks Bergaris Bawah

Diperbarui 5 Agustus 2010 oleh Dani Iswara

Jangan kaget. Masih ada pakar & pejuang SEO yang menganjurkan pemakaian teks bergaris bawah untuk kata kunci tertarget. Mana yang benar-benar tautan? Cek dokumen tersebut. Please users, think and rethink…again and again!
Validasi HTML jika belum muak dengannya.
The u element is obsolete. Use CSS instead.

Tag HTML yang otomatis bergaris bawah antara lain a href untuk penanda tautan & <ins> (insert) untuk fungsi galat ralat menemani tag <del> (delete). Itupun dengan warna teks yang berbeda dengan tautan/pranala. Sebagai catatan, di blog tidak penting ini, tag ins sudah dikustomisasi sedemikian rupa. Tag ins & del pun dilengkapi dengan atribut datetime dalam format yang terstandardisasi.

Kalaupun benar teks bergaris bawah berefek pada algoritma mesin telusur/pencari Internet, apakah itu artinya bertentangan dengan rekomendasi semantik (X)HTML? Di dokumen dengan standardisasi XHTML & HTML5, tag <u> (bawaan HTML4) yang hanya bersifat presentasional, sudah dianggap usang & tidak direkomendasikan untuk dipakai lagi.

Tapi teknologi standardisasi peramban Web tidak berlaku surut. Masih berusaha backward compatible—mendukung standar lama. Semua tag yang sudah dianggap basi masih akan diurai/di-render dengan baik. Tidak demikian halnya dengan aksesibilitas pembaca layar komputer/screen reader.

Taat asas tidak selalu berarti mengekang. Jika ingin berpeluang mengecoh pengguna, harus tidak taat asas!?

5 tanggapan untuk “Teks Bergaris Bawah”

Mungkin itulah alasan mengapa pada beberapa post editor (terutama pada dashboard wordpress dan blogger) tidak ada lagi pengaturan untuk menggarisbawahi teks. Tapi untuk penekanan teks tertentu, menurut saya masih layak kok. Bukan demi SEO. Masalahnya, bagaimana cara yang tepat, semantik, dan lebih direkomendasikan untuk memberi penegasan pada teks tertentu?

iskandaria,
Teks dengan tag u (underline) tidak terdengar/terbaca oleh pengguna pembaca layar komputer. Terkait fungsinya yang hanya presentasional. Hanya sekadar berefek visual.

Jika tetap ingin memberi efek visual, gunakan CSS. Makna semantik teks spesial bisa disajikan dengan tag & atribut berikut, misalnya: h1-h6, blockquote, q, strong, em, cite, ins, del, code, samp, var, table, ul, ol, li, dl, dt, dd, kbd, atribut lang, atribut alt, sesuai fungsinya masing-masing.
Apa masih dianggap kurang ya? Atau bikin standar sendiri saja. Seperti atribut alt yang jadi tooltip di Internet Explorer, marquee, blink, dan lainnya.

ardianzzz,
Cari saja di blog lokal yang membahas SEO. Ada juga plugin SEO WordPress yang menganjurkannya. Jangan-jangan memang ada e-book lokal yang menganjurkan?

Justru blog kampiun SEO luar negeri malah sudah mengintegrasikan aksesibilitas & usability di praktik SEO-nya. Dan melupakan trik-trik SEO yang tidak aksesibel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.