Kategori
Web Accessibility

Memedulikan Bahasa Indonesia dengan Bergeming

Diperbarui 25 Oktober 2010 oleh Dani Iswara

Alasan memedulikannya sekadar untuk belajar. Tetap bergeming atau diam walau banyak yang mengabaikannya. Bahasa Indonesia sesuai Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD itu, makin dipelajari, makin banyak salah kaprah yang ditemukan di situs tidak penting ini. Sering terjadi penulisan yang tidak taat asas tanpa disadari.

Cara penyajian bahasa Indonesia di media daring atau dalam jaringan memang berbeda dibandingkan media cetak. Silakan baca dulu Against accessibility di situs Dani Iswara .com. Cara pengetikan kata spesial, kata kunci, dan kata asing antara aktivis pengoptimalan mesin pencari, jurnalis, dan aksesibilitas web, ternyata berbeda. Masing-masing punya acuan berlainan.

Benarkah tidak ada perbedaan bahasa jurnalistik luar jaringan atau luring dan jurnalistik daring? Prinsip umumnya memang banyak kesamaan. Menulis efektif. Ringkas dan tidak ambigu atau bermakna ganda. Menurut saya, ada bedanya. Tautan tentang pemakaian kata spesial, kata kunci, dan kata asing di atas, salah satu buktinya. Ada kaidah pengetikan bahasa yang agak berbeda.

Menulis judul ala pewarta warga

Narablog sebagai pewarta warga, sering juga disebut jurnalisme warga, 'citizen journalism', atau 'cyber journalism', memang tidak sepenuhnya (harus) menerapkan tata bahasa baku. Kembali ke kesadaran diri sendiri. Sangat sulit menemukan situs web dan blog berbahasa Indonesia yang baik di kalangan umum. Maksudnya umum di sini yaitu narablog selain yang berprofesi sebagai wartawan, jurnalis, penyair, guru bahasa, dan sejenis itu. Daftar blog berbahasa Indonesia pun urung dilengkapi.

'Copywriting' ala narablog, terutama dari sisi pemasaran, lebih suka memakai judul blog numerik (Dani Iswara .com). Dalam kaidah bahasa Indonesia baku, angka di awal kalimat harusnya ditulis dalam huruf. Itulah seni menulis dengan teknik promosi yang seolah punya magnet tertentu untuk menarik minat pengguna, pengunjung, atau pembaca.

Mengetik sumber tulisan daring

Pertanyaan sederhananya, jika alamat atau 'Uniform Resource Locator' sumber tulisan bisa ditelusuri, mengapa tidak dibuat tautan yang valid dan mudah diklik saja? Pun jika itu sumber pertama. Percayakan saja kebenaran konten pada penyaji dan penyuntingnya?

Masih ada beberapa konsep aksesibilitas web yang kurang diadaptasi oleh pewarta warga daring. Sah saja jka jika tiap media luring dan daring punya karakteristik tersendiri.

Saat ini, siapa yang masih memedulikan EYD? Di mana kita bisa menyimak penyajian bahasa baku yang nyaris sempurna? Media massa cetak nasional, televisi, radio, atau Internet? Terima kasih para penyunting profesional. Untung Anda 'tidak bergeming' (tidak diam) saja.

Tata bahasa Indonesia di situs tidak penting ini tentu masih banyak kesalahan. Silakan dikoreksi.

4 tanggapan untuk “Memedulikan Bahasa Indonesia dengan Bergeming”

Iya, pada subtopik terakhir paragraf kedua (sekilas besar huruf pada judul dan subtopik beda tipis). Daftar blog berbahasa Indonesia, masih sekonyong-konyong ya? Untuk melengkapinya :D.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.