Kategori
Web Accessibility

Teks Anchor Seragam untuk Alamat Web yang Sama

Diperbarui 2 Juni 2010 oleh Dani Iswara

Terutama di satu halaman Web yang serupa. Mulai saat ini saya akan konsisten memakai nama dani untuk suatu 'Uniform Resource Locator' (U R L) atau 'Uniform Resource Identifier' (URI). Jika sudah mengacu ke alamat yang di dot com, maka akan seterusnya menuju ke sana. Untuk halaman tersebut. Pun sebaliknya. Berlaku pula di kolom komentar. Demi tidak mengecoh pengguna. Maaf untuk kekeliruan saya sebelumnya.

Setidaknya, ini salah satu upaya jujur dan sehat dengan aksesibilitas Web.

33 tanggapan untuk “Teks Anchor Seragam untuk Alamat Web yang Sama”

Jika di satu halaman (komentar), saya sudah memakai URL daniiswara.com, mestinya seterusnya memakai URl tersebut di halaman yang sama. Jika di halaman (komentar) lain saya memakai URL daniiswara.net, maka harusnya seterusnya saya akan memakai URL tersebut di halaman itu.

Misal Pak Aldy yang punya banyak blog, memakai URL personfield.web.id untuk nama 'aldy', maka pemakaian nama 'aldy' untuk URL aldymy.name dan indohijau.net di halaman (komentar) yang sama , berpeluang mengecoh pengguna.

Teorinya, tanpa harus berpikir panjang, tanpa harus mengecek status bar berulang kali ala paranoid, teks anchor yang sama akan menuju ke halaman Web yang sama. :)

Ah ya, pengalaman saya, biasanya saat hendak menekan sebuah tautan pasti “menyempatkan diri” untuk melirik status bar. Mungkin cukup sepele tetapi dampaknya negatif bagi user experience.
Keluar topik,
Saya pernah menjumpai sebuah website yang menambahkan tulisan not affilation link pada tiap-tiap tautannya.. hehe

Ardianzzz,
supaya lebih dramatis, tiap pranala, termasuk yang memakai 'shorten URL', diberi keterangan tambahan: 'Percayalah, ini bukan pranala afiliasi, dan tidak berusaha menipu anda!'. Atau: 'Klik pranala ini. Unduh dari tautan ini. Saya akan mendapat poin karenanya. Beri sumbangan anda!'. :)

Offtopics,…
Lhah piye tho iki ?!?,…Masa iya saya posting komentar dulu sebelum artikel muncul [bakal disangka spammer dunk], tapi peduli amat ach.
Ontopics,…
Rayimas, Mas Ardian,… tetapi selama penggunaan anchor dan URL tidak dilakukan secara membabi-buta dan tidak keluar dari sukses kriteria prediksi user (masih termasuk UX khan ?), Rasanya masih sah-sah saja. Toch sudah disediakan penggaya yang ngumpulin bahkan nge-blok link affiliasi.
General User,… makin pinter-pinterlah anda didunia ini dech. :D :D

Wahahaha… menarik, mungkin besok-besok akan saya coba.
Kalau bagi saya, yang cukup lucu adalah dengan memasang banner-banner sendiri di sidebar. Kemudian menyediakan slot kosong untuk dipasang iklan. Hehe, jadi ingat tukang judi dadu tradisional, menggunakan pancingan orang yang pura-pura main agar orang-orang tertarik untuk ikut.. (kalau di tempat saya/jogja, namanya combre) heheh…

Soal pranala affiliasi, sebenarnya tidak ada yang salah sih. Itu salah satu trik marketing. Yang salah yaitu menipu pembaca dengan anchor teks berupa nama situs utama, namun di sebaliknya disisipkan link affiliasi. MIsalnya begini : silakan menuju situs-anu.com (dengan pranala menuju link affiliasi-nya) ^_^

Perkara penggunaan penyingkat url, saya rasa juga tidak perlu diperdebatkan karena maksud penggunaannya tidak selalu bertujuan negatif. Dalam arti, belum tentu untuk “menipu” atau mengecoh pengguna menurut bahasa bli Dani :)

Saya menggunakan penyingkat url selain karena trik marketing, juga demi mempercantik url. Selain agar lebih mudah diingat juga oleh pengguna awam. Tujuan lain, demi mendorong terjadinya klik karena url asli belum diketahui oleh pengunjung ketika melihat status bar.

Agak beda dengan yang sebatas meredirect. Penyingkat url tertentu juga ada yang sekaligus bisa mengubah url asli pada bar peramban (selain meredirect). Apakah ini termasuk upaya mengecoh pengguna?

Pakde Harry,
[sambil menahan pening dan menghabiskan sejumput nasi–sedang jadi pasien]
saya sudah sempat mengubah setelan tembolok/cache. Entah bagaimana efeknya. Di peramban Web lain yang pernah saya bersihkan history dan cache-nya, sepertinya tidak masalah lagi. Tolong koreksi saya lagi.

Terkait kriteria sukses sub poin prediksi pengguna WCAG 2.0, jika para pengguna memprediksi bahwa beberapa teks anchor yang sama di suatu halaman Web akan menuju ke alamat Web yang berbeda adalah hal yang dianggap wajar, mungkin saya akan menyunting tulisan ini. :)

Pakde Harry, menurut terjemahan di situs resmi Firefox, yang benar itu 'pengaya'–untuk menyebut 'addons', bukan penggaya. Atau ada sumber lain yang menyebut berbeda?

iskandaria,
sebentar, saya tidak sedang menuding bahwa apa yang Mas Is lakukan dengan proyek yang ada adalah salah. Jika tidak ada keluhan pengguna, ya sudah. Aman saja kan. :)

Jika tidak ada keluhan dari para penyandang disabilitas, bisa dianggap aman juga kan.

Pada dasarnya, 'user experience' ('usability') kan memang kembali ke suara pengguna.

Jika antarmuka flash lebih menguntungkan dari sisi materi dan kekayaan visual dibanding HTML5 video, bisa apa yang fakir 'bandwidth'. Ya semacam itulah.

Perlu diingat juga. Faktor pranala singkat tidak berdiri sendiri. Jika teks di sekitarnya sudah cukup deskriptif dan pranala singkat itu lebih berupa 'click to action', tidak masalah kan. Kalau ada yang tertipu, pasti sudah ada yang mengadu. :)

Tentang pranala singkat, saya pernah menulis di …deleted (dead link).

Cahya,
ini sambil berusaha makan. Daripada dekubitus. Siap-siap aja saya panggil untuk masang infus. :)

iskandaria,
tentu tetap ada nilai relatifnya (tergantung…).
Kecuali semacam Twitter, kenapa teks anchor tidak dibuat deskriptif saja tanpa harus menyembunyikan udang di balik bakso? Benar, bisa memakai pengaya. Saya sudah memakai ekstensi Firefox 'Long URL Please' untuk memanjangkan sejenis 'Shorten URL'.

Benar, maksud pemakaian pranala singkat mungkin tidak buruk. Kalau begitu, mari kita matikan tampilan fungsi yang senada 'status bar' di peramban Web masing-masing! :)

Seberapa kadar mengecoh tidaknya, tentunya silakan dikembalikan ke pengguna masing-masing.

Sebenarnya, di tulisan singkat ini, saya tidak menyoroti khusus pranala afiliasi. Hanya teks anchor yang sama tapi menuju ke alamat Web yang berbeda. Itu saja. :)

Hehehe. Saya cuma ingin mengomentari tanggapan bli Dani atas komentar mas Ardianzz di atas. Jadi kesimpulannya, upaya “menyembunyikan url asli” lewat penggunaan penyingkat url itu sia-sia yach? :)

Mungkin perlu disurvei dulu apa dampaknya terhadap jumlah klik yang terjadi. Maksud saya begini, lebih banyak ketika menggunakan penyingkat url atau ketika menggunakan url asli. Termasuk konversi yang terjadi. Banyakan mana ^_^

Nah, dari situ mungkin kita bisa ambil keputusan, apakah tetap mempertahankan penggunaan penyingkat url atau tidak. Tapi mencoba berbisnis lewat blog tidak salah kan? hehehe. Toh, niat kita juga demi ingin menyebarluaskan ilmu yang bermanfaat. Serta mempermudah pengguna yang ingin belajar secara cepat plus terarah (jika linknya menuju situs kursus online)..hehe

Rayimas,…
Kalau harus istirahat, ya istirahat dulu, seperti mas Cahya bilang. Sembuh total dulu, baru main-main lagi. Tidak usah terlalu mikirin yang tidak terlalu penting dulu. Kesehatan tetep nomer satu, Cepet sembuh ya. Amin

Pakde Harry,
sementara, ini juga termasuk salah satu penghibur saat ini. :(

Rudy Azhar,
hihihi…Mas Rudy benar 110%. Saya juga heran. Kenapa juga tulisan tidak penting ini dikomentari. Termasuk Mas Rudy sendiri kok ikutan berkomentar. Silakan baca kembali judul blog ini! :)

Mencoba mengalihkan perhatian atau disebut Out topic gapapa ya?
bagaimana jika nama kita sama? misal nama agung bla..bla dan semua dengan nama agung bla..bla.. ngotot ingin memakai nama agung sebagai identitas, jika kemudian tanpa logo avatar kita harus melihat status bar terus ya?

agung,
ini sih tidak keluar topik. Malah pertanyaan yang bagus sekali, Mas Agung. :)
Benar, gambar avatar bisa lebih membantu. Tapi, buat penyandang disabilitas penglihatan, kekuatan teks tetap yang utama.
Jadi, menurut saya, tetap butuh teks anchor yang spesifik. Seperti juga nama pengguna surat elektronik yang unik. :)

Agung,
Pernah juga melihat 2 orang yang berbeda, menggunakan avatar yang sama. Avatar gambar naruto contohnya. :D Hehehe… Walaupun nama pada anchornya tetap berbeda. :) Tapi, siapa tahu bisa menggunakan teks anchor yang sama pula, yakni “naruto” :D

Mas Ganda,
Menurut pendapat pribadi saya, yaitu jika menggunakan avatar sebaiknya foto atau gambar sendiri tidak menggunakan gambar naruto atau gambar artis. Yah paling tidak, meskipun menggunakan teks anchor yang sama, masih ada pembeda dengan gaya Avatar-nya masing-masing(bagi yang memasang avatar), yang penting Jujur dan tidak mengecoh pengguna :D

Ops…telat,
OOT, kayaknya admin blog tergolong orang yang “ngeyel”, harusnya istirahat bukanya memaksakan diri untuk terus online Bli, masih banyak waktu.

Mas Agung,
Kebanyakan yang saya temukan itu para blogger bukan tulisan pribadi atau biasanya, melainkan seputar artis, atau seputar manga naruto atau manga-manga jepang lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.