Kategori
Web Accessibility

Desain Web untuk Penyandang Autisme

Diperbarui 12 Agustus 2010 oleh Dani Iswara

Mendesain situs web bagi penyandang disabilitas tertentu, memiliki kesamaan prinsip dengan aksesibilitas Web secara umum. Kali ini terkait dengan autisme.

Di tulisan ini saya mencantumkan pendapat beberapa pemerhati aksesibilitas Web, pengembang Web yang memiliki putri autistik, dan pengembang Web yang memang autistik tentang sindroma autisme dan keteraksesan halaman/aplikasi Web.

Pengertian autisme

Autism (Wikipedia) atau autisme:

…is a disorder of neural development characterized by impaired social interaction and communication, and by restricted and repetitive behavior. These signs all begin before a child is three years old. Autism affects information processing in the brain by altering how nerve cells and their synapses connect and organize; how this occurs is not well understood.

'Centers for Disease Control and Prevention' (CDC.gov) menyebutnya sebagai Autism Spectrum Disorders (ASDs):

…are a group of developmental disabilities that can cause significant social, communication and behavioral challenges.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengelompokkannya dalam F84.0 (ICD 10) sebagai 'Childhood autism':

A type of pervasive developmental disorder that is defined by: (a) the presence of abnormal or impaired development that is manifest before the age of three years, and (b) the characteristic type of abnormal functioning in all the three areas of psychopathology: reciprocal social interaction, communication, and restricted, stereotyped, repetitive behaviour. In addition to these specific diagnostic features, a range of other nonspecific problems are common, such as phobias, sleeping and eating disturbances, temper tantrums, and (self-directed) aggression.

Jadi, gangguan spektrum autisme itu adalah kumpulan tanda dan gejala (sindroma) disabilitas tahap perkembangan sistem saraf yang kompleks. Dapat menimbulkan tantangan interaksi sosial, komunikasi, dan tingkah laku.

Jika tertarik mengetahui sindroma ini lebih dalam, di dalam negeri ada situs Yayasan Autisma Indonesia dan Situs Komunitas Autisme Putrakembara.

Desain Web dan hendaya kognitif

Tulisan Jared Smith (webaim.org) tentang Cognitive Disabilities – Design Considerations menyebutkan konsep dasar prinsip desain yang baik dan kebergunaan Web akan membantu pengguna. Saya membahasakannya dengan berbasis aksesibilitas dan standar Web (Dani Iswara .com).

Lalu Jared mengelompokkan konsep desain itu berdasarkan kondisi hendaya kognitifnya. Memang tidak spesifik bagi individu autistik saja. Dalam hendaya kognitif ini termasuk juga autisme, disleksia, dan gangguan pemusatan perhatian (ADD). Hal yang disinggung Jared, menurut bahasa saya, diantaranya:

  1. Deskripsikan di halaman/proses mana posisi pengguna saat ini (terkait kelemahan daya ingat).
    Misalnya pemakaian 'breadcrumbs', penyebutan 'Langkah ke 2 dari 5' saat mengisi formulir 'e-commerce', navigasi 'previous post [judul tulisan]'.
  2. Peringatan yang ramah pengguna (untuk mengakomodasi kekurangmampuan 'problem-solving').
    Misalnya berupa pemberitahuan moderasi komentar, galat saat mengisi/mengirim komentar, deskripsi pranala eksternal/internal, pemberitahuan akan terbukanya pranala di jendela baru.
  3. Kelola fokus perhatian pengguna dengan baik (untuk mengakomodasi kurangnya kemampuan pemusatan perhatian).
    Misalnya dengan mengurangi/mengelola fitur yang menimbulkan gangguan kenyamanan visual seperti iklan dan aksesoris Web lain. Manfaatkan juga gambar untuk memperjelas konten. Garis bawah untuk pranala akan cukup membantu, jangan hanya warna. Gunakan elemen semantik (cetak tebal, miring, judul-subjudul, kuotasi, bentuk urutan/'listing' dengan indentasi yang menjorok ke dalam, tabel data) untuk menonjolkan bagian-bagian dalam konten. Dan hindari latar bercorak/berpola sebagai latar teks konten utama. Termasuk pemilihan kontras warna dan suara yang nyaman.
  4. Penyampaian yang mudah dimengerti (untuk mengakomodasi kekurangmampuan tata bahasa dan memahami bacaan).
    Kembali ke unsur semantik struktur dokumen web. Lalu tambahkan dengan pemakaian kalimat pendek, ringkas, aktif, dan jelas/tidak bermakna ganda. Pemakaian multimedia akan sangat membantu. Tapi juga tantangan tersendiri untuk membuat konten aksesibel bagi berkas non-teks.
  5. Sediakan beberapa tipe berkas (untuk mengakomodasi kekurangmampuan penglihatan).
    Cara paling aman memang menyajikan pelbagai format bagi pengguna. Selain teks, bisa dilengkapi dengan sajian video, audio, berkas PDF, maupun dokumen berekstensi lain.

Menurut putrinya yang autistik

Berikutnya, ada tulisan dari Kevin Leitch (leftbrainrightbrain.co.uk) berjudul Cognitive-Perceptual Difference and Good Web Design (2005). Dia pengembang Web yang memiliki seorang anak penyandang autisme. Hal-hal di bawah ini yang paling menjadi perhatian putrinya ketika mengakses web:

  1. Short Line length.
  2. Colour combinations (light on dark is very bad).
  3. Imagery/Animation.
  4. White space (rivers of white).
  5. Small text blocks.
  6. Backgrounds must be solid, not patterned.
  7. Single, long pages broken into small sections rather than lots of individual pages.

'Rivers of white' dimaksudkan untuk spasi atau ruang antar kata yang tampak berkelok vertikal/atas-bawah. Terjadi jika paragraf disetel rata tepi kanan-kiri/'justified'.

Menurut pengembang Web yang juga autistik

Wawancara Henny Swan (iheni.com) dengan desainer Web penyandang autisme, Jamie Knight, tentang aksesibilitas Web (2009). Diantaranya disebutkan:

What can web designers do to make sites easier to browse for people with autism?
Hmmm, that’s a big question! I think the biggest thing is be logical, and be consistent. For anyone having a website which makes sense is important, backing it up with consistent delivery makes it usable for more people, autistic people included. Other bug bears may be music on load, and other highly distracting elements. If your using a screen reader, then having some music play on load can be debilitating. Furthermore the sensory side of unexpected audio load can cause stress, or “shock”. Sudden and frequent changes of sound can cause serious problems to those who are more sensitive.

Ya, uji coba pada target pengguna langsung akan lebih bermakna. Dan ingat, jangan pakai lagi lelucon yang memakai kata-kata autis!

4 tanggapan untuk “Desain Web untuk Penyandang Autisme”

Tadi malam (28 Juni 2010), Setelah nonton ‘talkshow’nya Rosianna Silalahi (Rossy), Jadi teringat tulisan ini. Meskipun acara tersebut jauh dari bahasan aksesibilitas/keteraksesan web, tapi setidaknya Rossy sudah ikut membantu makna kalimat terakhir tulisan ini, "Ingat, jangan pakai lagi lelucon yang memakai kata-kata autis atau autisme !"

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.