Kategori
Web Accessibility Web Usability

SEO May Destroy Web Usability-Accessibility

Diperbarui 20 Mei 2010 oleh Dani Iswara

Dirty Search Engine Optimization (SEO) has a chance to damage the user experience. Based on Web usability and accessibility point of view. SEO investment is always there. It might work. But try to manipulating that much algorithm which only Google (and other search engines) know means try to manipulating users too?

Some bloggers did optimization things to get a better ranking or position on search engine result pages (SERPs). Great ranking is equal to great content? No. Great ranking means great deal with search engines algorithm.

Some questions, should you:

  1. hide those links?
  2. put those underlined–but not hyperlinked–texts for search engines or people? There are some underlined texts. Which one is a real clickable link? Why don’t make it easier for user experience?
  3. use those special texts (bolding/italizing/emphasizing, headings, colorful) for machines (search engines, speech/screen readers) or humans? Hearing louder texts in every sentences because of strong used everywhere?
  4. provide special Web pages for search engines only and forget other human?

Which one is your choice: punished or destroyed by search engines, people, or God? :)

13 tanggapan untuk “SEO May Destroy Web Usability-Accessibility”

Bukan melupakan manusia yang lainnya Bli, hanya saja saat itu memang tidak kepikiran, he he :D
Coba bayangkan, bagaimana tidak bisa lupa, soalnya yang peduli dengan aksesibilitas web selalu malu-malu kucing, coba para antusias aksesibilitas web berorasi di media publik membela hak-hak penyandang disabilitas, pasti beda jadinya ;)

[siram-siram bensin :lol:]

Cahya,
siapa yang membela mereka? Ini kan demi saya pribadi yang ingin tetap bisa mengakses Web dengan mudah hingga–jika diizinkan–menjadi tua nanti. :P

wah, ini yang agak sulit mas, tetapi tentu ada prioritas dibalik semua itu. yang jelas kini orang lebih senang ke style blog daripada model web jadul yang kotak-kotak.Dan teknik mengisi kontenpun berubah ke sisi humanis karena ada interaksi (komen). beda dengan dulu ‘kan. pertanyaannya, kita mengisi konten buat siapa? ini yang harus dijawab masing2 blogger tentunya..

Yah, nanti sudah tua nanti, kita baca buku atau koran saja Bli, ga usah sibuk lagi di dunia maya, sudah waktunya pensiun dan menjalani kehidupan sanyasin di dunia nyata :D

iis sugianti,
jika soal selera, no comment deh.

Jika misalnya kontennya berupa portfolio, tetap bisa kontak si empunya kan? Tidak harus memajang kolom komentar. Itu humanis juga dong.

Jadi, Bu Yanti mengisi konten buat siapa?

Cahya,
ada ngga ya cara mencapai moksa, melepas keterikatan duniawi, dunia materi, dengan cara bhakti via Internet? Kalau zaman dulu mengungsi ke hutan, sekarang menyepi di belantara WWW. :D

Bli Dani,
Entahlah, cobanya ditelusuri, soalnya saya tidak pernah mencari tahu yang begituan.
Mungkin Bli Dani bisa mengulas, perlu atau tidaknya pertimbangan aksesibilitas web pada manula terkait hubungan dengan aspek kultural dan sosial mereka dalam ranah budaya Timur ;)

Btw, situs/blog ini tetap tidak aksesibel di Fx 3.6.3 di Linux maupun Windows :p

Saya setuju dengan poin-poin di atas. Tetapi ―menurut saya― sepertinya “Dirty SEO May Destroy User Experience” hehe.
Mungkin istilah User Experience (UX) masih tergolong asing dikalangan blogger-blogger dalam negeri. Padahal UX ―menurut saya― adalah salah satu penentu tingkat keberhasilan suatu blog. Mungkin para praktisi blog kita masih berpedoman pada SEO dan User Interface (UI) saja. Sebagai contoh, banyak sekali “pakar” SEO dalam negeri yang mengoptimasi blognya hingga bisa nangkring di halaman 1 Google, tetapi setelah diperiksa ternyata isi blog tersebut tidak relevan dengan yang kita cari/butuhkan.
Ah yaya mungkin ini adalah salah satu alasan kenapa dunia internet (khususnya blog) di Indonesia memiliki citra yang buruk baik dimata manusia maupun mesin…
:)

Cahya,
kalau ini memang ditangkap akismet. Lagi gerilya? :P

Sebenarnya di usia manula pun, Internet masih layak dipakai orang lanjut usia. Misalnya telemedisin, medical searching, banking transaction. Daripada para senior harus antri di ruang praktik dokter hanya untuk sekadar konsultasi atau antri di bank untuk transaksi ringan.

Maksudnya tidak aksesibel bagian mana lagi ya? :P

ardianzzz,
saat memberi judul tulisan ini, tulisan berjudul itu–terkait user experience–ternyata sudah ada. Walau setelah saya baca, isinya berbeda dengan yang saya maksud. Karena lebih banyak terkait dengan e-commerce dan keywords-stuffing. Saya hanya melihatnya dari sisi teori best practice, bukan riset user-experience atau selera pasar yang nyata.

Terkait hasil karya para 'pakar' SEO di SERPs, menurut saya, itu sih salahnya Google. Apalagi jika upaya empiris tersebut ternyata diikuti oleh pejuang SEO yang lain. :D

Pencitraan sebagai spammer yang mulai meresahkan Google itu maksudnya? No comment-lah.

[OOT] Menimpali mas Cahya dan mencontek Mas Harry, please page speednya jangan terlalu kenceng Bli, sampai hari ini admin blog masih tega membiar user menggunakan tombol F5 (pada FX), agar postingan terakhir “metu”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.